Kamis, 18 Juni 2015

Makalah Perekonomian Indonesia : Industrialisasi dan Neraca Pembayaran

INDUSTRIALISASI
1. Konsep dan Tujuan Industrialisasi
Industrialisasi merupakan proses menjadi industri dengan mempercepat hasil produksi dalam segala segi kehidupan. Sehingga dengan adanya industri, yang cepat menimbulkan sesuatu yang hilang atau bergeser, yaitu norma-norma dalam masyarakat. Industrilisasi merupakan usaha pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan .Industri adalah pembangunan ekonomi melalui transformasi sumber daya atau kuantitas energi yang digunakan.
Pada dasarnya manusia secara hakiki bersifat industrial, karena manusia senantiasa menggunakan berbagai alat untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu, manusia juga merupakan makhluk yang membuat alat atau yang disebut juga dengan makhluk yang membagi alat atau disebut juga dengan manusia kerja (homofaber). Oleh karena itu, industri senantiasa dilakukan manusia untuk mempertahankan hidupnya dengan bantuan alat-alatt ersebut. Industrialisasi memberi input kepada masyarakat, sehingga membentuk sikap dan tingkah laku yang bercermin dalam bekerja. Proses industrialisasi ini sebenarnya merupakan suatu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam arti, rakyat tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu.Dengan kata lain, pembangunan industri ini merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesajahteraan rakyat.
Sekarang ini, banyak negara-negara didunia terus berupaya untuk menumbuhkan ekonominya. Langkah yang diambil yaitu dalam masalah industri. Industri memang menjadi faktor fenomenal untuk menunjang perdagangan. Mereka saling bersaing untuk mendapatkan tempat di pasar global. Karena di dalam pasar
global itu sendiri terjadi perdagangan bebas dari dan tentang suatu negara. Salah satu hal yang mendukung ialah sektor industrialisasi.
Globalisasi dirasa lebih menguntungkan negara-negara maju. Karena di negara-negara majulah berbaai bidang termasuk industri mengalami kemajuan, berbeda dengan di negara berkembang. Mungkin dari segi kualitas dan kuantitas hasil produksinya saja jauh lebih baik dari negara maju. Menurut Robert Hutton, ia mengatakan industri adalah bagian terpenting bagi perekonomian di Eropa. Jepang misalnya, produksi otomotif dan elektroniknya mampu menembus pasaran dunia, begitu juga Korea dan Cina.Mereka berkembang menjadi negara industri.
Dalam perkembangan selanjutnya, negara-negara berkembang mulai mengikutsertakan diri dalam aspek tersebut. Tidak hanya ekonomi yang dibangun dari sektor non industri, tapi mereka telah jauh melangkah mengupayakan terciptanya industri yang fleksibel. Dalam arti mampu meningkatkan daya saing di pasaran. Sehingga negara berkembangpun tidak dengan mudah mengikuti arus global saja. Namun, mereka mampu berkompetisi dengan baik.
Lalu bagaimana bangsa kita dalam merespon hal tersebut. Apakah bangsa Indonesiajuga telah mempersiapkan dengan matang segala sesuatu yang berkenaan dengan perekonomian bangsa? Bila kita melihat di masa Orde Baru terjadi krisis ekonomi berkepanjangan, bahkan rentetannya sampai pada krisis multidimesional. Sehingga krisis ini mampu menjadikan ekonomi bangsa tidak stabil. sebenarnya itu adalah masalah yang perlu dibahas dan dicari solusinya.
Saat ini adalah masa-masa sulit bagi bangsa kita untuk melepaskan dari keterpurukan ekonomi. Globalisasi semakin membuka kebebasan negara asing dalam memperluas jangkauan ekonominya di Indonesia, sehingga bila bangsa kita tidak tanggap dan merespon positif, maka justru akan memperparah situasi ekonomi dan industri dalam negeri. Sejauh ini pengembangan sektor industri makin marak, itu sebenarnya tuntutan globalisasi itu sendiri. Di Indonesia, kota-kota industri mulai berkembang dan menghasilkan barang-barang produksi yang bermutu. Namun, ada banyak industri pula di Indonesia yang sebagian sahamnya adalah ahasil investasi asing, bahkan ada juga perusahaan dan industri yang secara mutlak berdiri dan beroperasi diIndonesia. Mereka (investor), hanya akan menuai keuntungan dari
modal yang ditanamkan. Sehingga, disini dijelaskan bahwa yang menjalankan dan pengelolaan industri itu ditangani pihak pribumi, mengapa bisa demikian? Karena bila melihat dari sudut pandang terhadap keuangan negara atau swasta dalam negeri lemah, yaitu dalam arti kekurangan biaya pengembangan untuk industri (defisit).
Sebagai contoh saja, industri otomotif sepertai Astra, Indomobil, New Armada.Pada dasarnya perusahaan-perusahaan itu hanya merakit dan kemudian menjualnya ke masyarakat. Berarti hal itu dapat dikatakan bukan hasil karya anak negeri, melainkan modal asing yang ada di Indonesia.
Untuk itulah, seharusnya bangsa ini lebih dalam untuk meningkatkan sumber daya manusianya. Dengan demikian dapat disimpulkan ilmu pengetahuan dan teknologi ialah sarana dalam mengembangkan SDM termasuk menumbuhkembangkan industrialisasi dan menjalankan perekonomian bangsa dengan baik.

2. Faktor Pendorong Industrialisasi
Ada beberapa faktor yang dapat mendorong perindustrian diindonesia, diantaranya adalah:
1.      Struktur organisasi
Dilakukan inovasi dalam jaringan institusi pemerintah dan swasta yang melakukan impor. Sebagai pihak yang membawa,mengubah, mengembangkan dan menyebarluaskan teknologi.
2.      Ideologi
Perlu sikap dalam menentukan pilihan untuk mengembangkan suatu teknologi apakah menganut tecno-nasionalism,techno-globalism, atau techno-hybrids.
3.      Kepemimpinan
Pemimpin dan elit politik Indonesia harus tegas dan cermat dalam mengambil keputusan. Hal ini dimaksudkan untuk mengembalikan kepercayaan pasar dalam negeri maupun luar negeri.
3. Permasalahan Industrialisasi
Dalam kasus Indonesia, UNIDO (2000) dalam studinya mengelompokkan masalah yang dihadapi industry manufaktur nasional ke dalam 2 kategori, yaitu kelemahan yang bersifat structural dan yang bersifat organisasi.
I. Kelemahan-kelemahan structural di antaranya:
1.    Basis ekspor & pasar masih sempitè walaupun Indonesia mempunyai banyak sumber daya alam &             TK, tapi produk & pasarnya masih terkonsentrasi:
a.       terbatas pada empat produk (kayu lapis, pakaian jadi, tekstil & alas kaki)
b.      Pasar tekstil & pakaian jadi terbatas pada beberapa negara: USA, Kanada, Turki & Norwegia
c.       USA, Jepang & Singapura mengimpor 50% dari total ekspor tekstil & pakaian jadi dari Indonesia
d.      Produk penyumbang 80% dari ekspor manufaktur indonesia masih mudah terpengaruh oleh perubahan permintaan produk di pasar terbatas
e.       Banyak produk manufaktur terpilih padat karya mengalami penurunan harga muncul pesaing baru seperti cina & vietman
f.       Produk manufaktur tradisional menurun daya saingnya sbg akibat factor internal seperti tuntutan kenaikan upah
2.    Ketergantungan impor sangat tinggi
1990, Indonesia menarik banyak PMA untuk industri berteknologi tinggi seperti kimia, elektronik, otomotif, dsb, tapi masih proses penggabungan, pengepakan dan assembling dengan hasil:
a)      Nilai impor bahan baku, komponen & input perantara masih tinggi diatas 45%
b)      Industri padat karya seperti tekstil, pakaian jadi & kulit bergantung kepada impor bahan baku, komponen &  input perantara  masih tinggi.
c)      PMA sector manufaktur masih bergantung kepada suplai bahan baku & komponen dari LN
d)     Peralihan teknologi (teknikal, manajemen, pemasaran, pengembangan organisasi dan keterkaitan eksternal) dari PMA masih terbatas
e)      Pengembangan produk dengan merek sendiri dan pembangunan jaringan pemasaran masih terbatas
3.    Tidak ada industri berteknologi menengah
a)      Kontribusi industri berteknologi menengah (logam, karet, plastik, semen) terhadap pembangunan sektor industri manufaktur menurun tahun 1985 -1997.
b)      Kontribusi produk padat modal (material dari plastik, karet, pupuk, kertas, besi & baja) thd ekspor menurun 1985 – 997
c)      Produksi produk dg teknologi rendah berkembang pesat.
4.    Konsentrasi regional
Industri menengah & besar terkonsentrasi di Jawa.

II. Kelemahan organisasi
1.      Industry skala kecil dan menengah (IKM) masih underdeveloped
2.      Konsentrasi pasar
3.      Lemahnya kapasitas untuk menyerap dan mengembangkan teknologi
4.      Lemahnya SDM
4. Strategi Pembangunan Sektor Industri

1.      Strategi Subtitusi Impor (inward-looking)
§  Lebih menekankan pada pengembangan industry yang berorientasi pada pasar domestic
§  Strategi subtitusi impor adalah industry domestic yang membuat barang menggantikan impor
§  Dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan industry dalam negeri yang memproduksi barang pengganti impor. Pertimbangan yang lazim digunakan dalam memilih strategi ini adalah:
a.       SDA dan factor produksi lain (terutama tenaga kerja) cukup tersedia
b.      Potensi permintaan dalam negeri memadai
c.       Pendorong perkembangan sector industry manufaktur dalam negeri
d.      Dengan perkembangan industry dalam negeri, kesempatan kerja lebih luas
e.       Dapat mengurangi ketergantungan impor

2.      Penerapan strategi subtitusi impor dan hasilnya di Indonesia
§  Industry manufaktur nasional tidak berkembang baik selama orde baru
§  Ekspor manufaktur Indonesia belum berkembang dengan baik
§  Kebijakan proteksi yang berlebihan selama orde baru menimbulkan high cost economy
§  Teknologi yang digunakan oleh industry dalam negeri, sangat diproteksi

3.      Strategi Promosi Ekspor (outward-looking)
§  Lebih berorientasi ke pasar internasional dalam pengembangan usaha dalam negeri
§  Tidak ada diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas kemudahan lainnya dari pemerintah
§  Dilandasi pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika produk yang   dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor
§  Strategi promosi ekspor mempromosikan fleksibilitas dalam pergeseran sumber daya ekonomi yang ada mengikuti perubahan pola keunggulan komparatif

4.      Kebijakan industrialisasi
§  Dirombaknya system devisa sehingga transaksi luar negeri lebih bebas dan sederhana
§  Dikuranginya fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan Negara dan kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sector swasta bersama-sama dengan BUMN
§  Diberlakukannya Undang-undang PMA
  
5. Data Statistik PDB Sektor Industri dengan Sektor Lain

Laju Pertumbuhan PDB Triwulan I-2013 s.d. Triwulan II-2014 (persen)

pdb.png


Pada ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-2014 mencapai 2,47 persen dibandingkan dengan triwulan I-2014 (q-to-q) dan apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2013 mengalami pertumbuhan 5,12 persen (yon-y). Secara akumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan semester I-2013 tumbuh sebesar 5,17 persen.
Tiga sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi (q-to-q adalah sektor perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 4,17 persen, sektor konstruksi sebesar 4,16 persen, dan sektor industri pengolahan sebesar 2,70 persen.
                Maka, jika dilihat pada data tersebut peran sektor industri tidak cukup tinggi namun tetap memiliki pengaruh yang cukup jika dibandingkan sektor lainnya.

PENDAPAT SAYA

Pada dasarnya Industrialisasi merupakan suatu proses perubahan sistem ekonomi yang lebih maju atau modern dibandingkan yang sebelumnya. Di Indonesia sendiri sektor industry masuk dalam kategori 3 sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi dalam Produk Domestik Bruto.
            Hal ini cukup meyakinkan bahwa sektor industry memiliki andil yang lumayan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia meskipun bukan merupakan sektor utama. Maka disinilah pemerintah harus lebih mengambil peran untuk mengembangkan serta mendukung secara penuh Industialisasi.

Neraca Pembayaran
1. Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran internasional (Balance of Payment) merupakan catatan yang tersusun secara sistematis mengenai seluruh transaksi ekonomi internasional yang dilakukan penduduk suatu negara itu dengan penduduk negara lain dalam jangka waktu tertentu, biasanya 1 tahun. Pengertian penduduk di dalam suatu neraca pembayaran internasional meliputi orang perorangan, badan hukum, dan pemerintah.
Transaksi ekonomi internasional yang dicatat dalam neraca pembayaran internasional dapat digolongkan menjadi dua yaitu transaksi debit dan kredit. Transaksi debit adalah transaksi yang menimbulkan kewajiban bagi penduduk suatu negara untuk melakukan pembayaran kepada penduduk negara lain, sedangkan transaksi kredit adalah transaksi yang menimbulkan hak bagi penduduk suatu negara untuk menerima pembayaran dari penduduk negara lain.
Necara pembayaran memiliki dua sisi, yaitu kredit dan debit.
Transaksi Debit
Transaksi Debit adalah transaksi yang mengakibatkan bertambahnya kewajiban bagi penduduk negara yang mempunyai neraca pembayaran tersebut untuk mengadakan pembayaran kepada penduduk negara lain. Contoh: Indonesia membeli jasa dari Malaysia, maka transaksi tersebut menimbulkan kewajiban untuk mengadakan pembayaran kepada Malaysia, sehingga transaksi jasa tersebut merupakan transaksi debit yang dicatat dalam neraca pembayaran dengan tanda minus (–).

Transaksi Kredit
Transaksi Kredit adalah transaksi yang mengakibatkan timbul atau bertambahnya hak bagi penduduk negara yang mempunyai neraca pembayaran tersebut untuk menerima pembayaran dari negara lain. Contoh: Indonesia menjual jasa ke Malaysia, maka transaksi tersebut menimbulkan hak untuk menerima pembayaran dari Malaysia, maka transaksi tersebut merupakan transaksi kredit yang dicatat dalam neraca pembayaran dengan tanda positif (+).

2. Modal
Besarnya arus modal masuk ke Indonesia, sebagai akibat pertumbuhan perekonomian yang tetap terjaga dalam beberapa tahun terakhir, harus dapat dimanfaatkan untuk mendanai proyek-proyek jangka panjang. Mengelola arus modal masuk (capital inflow) ke dalam kawasan merupakan sebuah tantangan yang sulit, yang dihadapi negara-negara emerging market seperti Indonesia karena dapat membawa berbagai risiko potensial terhadap stabilitas keuangan.
Seperti yang telah diketahui, untuk menjaga stabilitas moneter akibat derasnya arus modal masuk ke Indonesia dan besarnya likuiditas saat ini, BI menerapkan beberapa kebijakan yang diapresiasi Bank Dunia dan IMF sebagai langkah yang tepat.
Neraca modal yang menggambarkan arus keluar masuk devisa yang bukan merupakan pembayaran atas barang atau jasa. Arus devisa yang di catat di neraca modal ialah devisa dalam arti arus modal masuk, baik berupa dana investasi maupun pinjaman atau utang luar negeri. Investasi dan pinjaman dari luar negeri merupakan arus masuk. Sedangkan investasi kita ke luar negeri dan pinjaman yang kita berikan kepada pihak luar negeri dicatat dalam arus keluar. Sebagian besar pinjaman luar negeri yang diperoleh pemerintah berasal dari sebuah konsorsium bernamaConsultative Group for Indonesia (CGI) yang sebelumnya bernama Inter Group on Indonesia (IGGI). Arus modal asing bisa mendatangkan manfaat yang lebih besar ketimbang risikonya jika dikelola dengan benar. Diperkirakan hingga akhir tahun ini arus modal asing yang masuk ke Indonesia mencapai sekitar US$25 miliar. Manfaat tersebut antara lain, penurunan biaya bunga APBN, sumber investasi swasta, pembiayaan Foreign Direct Investment (FDI) dan kedalaman pasar modal. Sementara risikonya adalah terjadinya pembalikan, tekanan penguatan rupiah dan gelembung ekonomi. Pemerintah perlu lebih aktif lagi untuk mendorong perusahaan swasta untuk masuk bursa lewat penawaran saham perdana (IPO) atau right issue. kemudian, memperbanyak penerbitan obligasi negara dengan berbagai macam seri dan jangka waktu.

3. Utang Luar Negeri

Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri, adalah sebagian dari total utang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Dalam jangka pendek, utang luar negeri sangat membantu pemerintah Indonesia dalam upaya menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja negara, akibat pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang cukup besar.

Pinjaman luar negeri adalah semua pinjaman yang menimbulkan kewajiban membayar kembali terhadap pihak luar negeri baik dalam valuta asing maupun dalam Rupiah. Termasuk dalam pengertian pinjaman luar negeri adalah pinjaman dalam negeri yang menimbulkan kewajiban membayar kembali terhadap pihak luar negeri. Pinjaman luar negeri yang diterima Pemerintah, dimaksudkan sebagai pelengkap pembiayaan pembangunan, disamping sumber pembiayaan yang berasal dari dalam negeri berupa hasil perdagangan luar negeri, penerimaan pajak dan tabungan baik tabungan masyarakat dan sektor swasta. Salah satu masalah dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk Indonesia adalah keterbatasan modal dalam negeri.

Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba untuk dapat membangun bangsa dan negaranya sendiri tanpa memperdulikan bantuan dari negara lain. Tentu ini pernah dicoba. Namun ternyata Indonesia sulit untuk terus bertahan ditengah derasnya laju globalisasi yang terus berkembang dengan cepat tanpa mau menghiraukan bangsa yang lain yang masih membangun. Dalam kondisi seperti ini, Indonesia akhirnya terpaksa mengikuti arus tersebut, mencoba untuk membuka diri dengan berhubungan lebih akrab dengan bangsa lain demi menunjang pembangunan bangsanya terutama dari sendi ekonomi nasionalnya.
Menurut Boediono (1999:22), pertumbuhan ekonomi merupakan tingkat pertambahan dari pendapatan nasional. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi merupakan sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dan merupakan ukuran keberhasilan pembangunan.

Indonesia sebenarnya pernah memiliki suatu kondisi perekonomian yang cukup menjanjikan pada awal dekade 1980-an sampai pertengahan dekade 1990-an. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia, pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 1986 sampai tahun 1989 terus mengalami peningkatan, yakni masing-masing 5,9% di tahun 1986, kemudian 6,9% di tahun 1988 dan menjadi 7,5% di tahun 1989. Namun pada tahun 1990 dan 1991 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatat angka yang sama yakni sebesar 7,0%, kemudian tahun 1992, 1993, 1994, 1995, dan 1996, masing-masing tingkat pertumbuhan ekonominya adalah sebesar 6,2%, 5,8%, 7,2%, 6,8%, dan 5,8%. Angka inflasi yang stabil, jumlah pengangguran yang cukup rendah seiring dengan kondusifnya iklim investasi yang ditandai dengan kesempatan kerja yae 1990-an. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia, pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 1986 sampai tahun 1989 terus mengalami peningkatan, yakni masing-masing 5,9% di tahun 1986, kemudian 6,9% di tahun 1988 dan menjadi 7,5% di tahun 1989. Namun pada tahun 1990 dan 1991 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatat angka yang sama yakni sebesar 7,0%, kemudian tahun 1992, 1993, 1994, 1995, dan 1996, masing-masing tingkat pertumbuhan ekonominya adalah sebesar 6,2%, 5,8%, 7,2%, 6,8%, dan 5,8%. Angka inflasi yang stabil, jumlah pengangguran yang cukup rendah seiring dengan kondusifnya iklim investasi yang ditandai dengan kesempatan kerja yang terus meningkat, angka kemiskinan yang cukup berhasil ditekan, dan sebagainya. Namun, pada satu titik tertentu, perekonomian Indonesia akhirnya runtuh oleh terjangan krisis ekonomi yang melanda secara global di seluruh dunia. Ini ditandai dengan tingginya angka inflasi, nilai kurs Rupiah yang terus melemah, tingginya angka pengangguran seiring dengan kecilnya kesempatan kerja, dan ditambah lagi dengan semakin membesarnya jumlah utang luar negeri Indonesia akibat kurs Rupiah yang semakin melemah karena utang luar negeri Indonesia semuanya dalam bentuk US Dollar.
  
Pendapat Saya

Seperti yang terdapat dalam materi diatas, neraca pembayaran merupakan isi dari transaksi ekonomi Internasional penduduk disuatu Negara yang pastinya berhubungan dengan arus modal dan utang luar negeri suatu Negara.

Di Indonesia setidaknya sedang berusaha membangun Negara sebagaimana Indonesia merupakan Negara berkembang yang sepatutnya melakukan usaha – usaha pembangunan untuk memajukan Negara.

Indonesia berupaya setidaknya meminimalisir pengeluaran yang berakibat hutang terhadap luar negeri. Meskipun pada kenyataannya itu berjalan dengan progresif yang sangat lambat karna tidak dipungkiri sampai sekarang kita masih merasakan dampak pada masa reformasi dimana Indonesia memiliki banyak utang luar negeri.


Daftar Pustaka