INDUSTRIALISASI
1. Konsep dan Tujuan Industrialisasi
Industrialisasi
merupakan proses menjadi industri dengan mempercepat hasil produksi dalam
segala segi kehidupan. Sehingga dengan adanya industri, yang cepat menimbulkan
sesuatu yang hilang atau bergeser, yaitu norma-norma dalam masyarakat.
Industrilisasi merupakan usaha pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan .Industri
adalah pembangunan ekonomi melalui transformasi sumber daya atau kuantitas
energi yang digunakan.
Pada dasarnya
manusia secara hakiki bersifat industrial, karena manusia senantiasa
menggunakan berbagai alat untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu, manusia juga
merupakan makhluk yang membuat alat atau yang disebut juga dengan makhluk yang
membagi alat atau disebut juga dengan manusia kerja (homofaber). Oleh karena
itu, industri senantiasa dilakukan manusia untuk mempertahankan hidupnya dengan
bantuan alat-alatt ersebut. Industrialisasi memberi input kepada masyarakat,
sehingga membentuk sikap dan tingkah laku yang bercermin dalam bekerja. Proses
industrialisasi ini sebenarnya merupakan suatu jalur kegiatan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam arti, rakyat tingkat hidup yang lebih
maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu.Dengan kata lain, pembangunan
industri ini merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesajahteraan rakyat.
Sekarang ini,
banyak negara-negara didunia terus berupaya untuk menumbuhkan ekonominya.
Langkah yang diambil yaitu dalam masalah industri. Industri memang menjadi
faktor fenomenal untuk menunjang perdagangan. Mereka saling bersaing untuk
mendapatkan tempat di pasar global. Karena di dalam pasar
global itu sendiri
terjadi perdagangan bebas dari dan tentang suatu negara. Salah satu hal yang
mendukung ialah sektor industrialisasi.
Globalisasi dirasa
lebih menguntungkan negara-negara maju. Karena di negara-negara majulah berbaai
bidang termasuk industri mengalami kemajuan, berbeda dengan di negara
berkembang. Mungkin dari segi kualitas dan kuantitas hasil produksinya saja
jauh lebih baik dari negara maju. Menurut Robert Hutton, ia mengatakan industri
adalah bagian terpenting bagi perekonomian di Eropa. Jepang misalnya, produksi
otomotif dan elektroniknya mampu menembus pasaran dunia, begitu juga Korea dan
Cina.Mereka berkembang menjadi negara industri.
Dalam perkembangan
selanjutnya, negara-negara berkembang mulai mengikutsertakan diri dalam aspek
tersebut. Tidak hanya ekonomi yang dibangun dari sektor non industri, tapi
mereka telah jauh melangkah mengupayakan terciptanya industri yang fleksibel.
Dalam arti mampu meningkatkan daya saing di pasaran. Sehingga negara
berkembangpun tidak dengan mudah mengikuti arus global saja. Namun, mereka
mampu berkompetisi dengan baik.
Lalu bagaimana
bangsa kita dalam merespon hal tersebut. Apakah bangsa Indonesiajuga telah
mempersiapkan dengan matang segala sesuatu yang berkenaan dengan perekonomian
bangsa? Bila kita melihat di masa Orde Baru terjadi krisis ekonomi
berkepanjangan, bahkan rentetannya sampai pada krisis multidimesional. Sehingga
krisis ini mampu menjadikan ekonomi bangsa tidak stabil. sebenarnya itu adalah
masalah yang perlu dibahas dan dicari solusinya.
Saat ini adalah
masa-masa sulit bagi bangsa kita untuk melepaskan dari keterpurukan ekonomi.
Globalisasi semakin membuka kebebasan negara asing dalam memperluas jangkauan
ekonominya di Indonesia, sehingga bila bangsa kita tidak tanggap dan
merespon positif, maka justru akan memperparah situasi ekonomi dan industri
dalam negeri. Sejauh ini pengembangan sektor industri makin marak, itu
sebenarnya tuntutan globalisasi itu sendiri. Di Indonesia, kota-kota industri
mulai berkembang dan menghasilkan barang-barang produksi yang bermutu. Namun,
ada banyak industri pula di Indonesia yang sebagian sahamnya adalah
ahasil investasi asing, bahkan ada juga perusahaan dan industri yang secara
mutlak berdiri dan beroperasi diIndonesia. Mereka (investor), hanya akan menuai
keuntungan dari
modal yang
ditanamkan. Sehingga, disini dijelaskan bahwa yang menjalankan dan pengelolaan
industri itu ditangani pihak pribumi, mengapa bisa demikian? Karena bila
melihat dari sudut pandang terhadap keuangan negara atau swasta dalam negeri
lemah, yaitu dalam arti kekurangan biaya pengembangan untuk industri (defisit).
Sebagai contoh
saja, industri otomotif sepertai Astra, Indomobil, New Armada.Pada dasarnya
perusahaan-perusahaan itu hanya merakit dan kemudian menjualnya ke masyarakat.
Berarti hal itu dapat dikatakan bukan hasil karya anak negeri, melainkan modal
asing yang ada di Indonesia.
Untuk itulah,
seharusnya bangsa ini lebih dalam untuk meningkatkan sumber daya manusianya.
Dengan demikian dapat disimpulkan ilmu pengetahuan dan teknologi ialah sarana
dalam mengembangkan SDM termasuk menumbuhkembangkan industrialisasi dan
menjalankan perekonomian bangsa dengan baik.
2. Faktor Pendorong
Industrialisasi
Ada beberapa faktor
yang dapat mendorong perindustrian diindonesia, diantaranya adalah:
1. Struktur
organisasi
Dilakukan inovasi
dalam jaringan institusi pemerintah dan swasta yang melakukan impor. Sebagai
pihak yang membawa,mengubah, mengembangkan dan menyebarluaskan teknologi.
2. Ideologi
Perlu sikap dalam
menentukan pilihan untuk mengembangkan suatu teknologi apakah menganut
tecno-nasionalism,techno-globalism, atau techno-hybrids.
3. Kepemimpinan
Pemimpin dan elit
politik Indonesia harus tegas dan cermat dalam mengambil keputusan. Hal ini
dimaksudkan untuk mengembalikan kepercayaan pasar dalam negeri maupun luar
negeri.
3. Permasalahan Industrialisasi
Dalam kasus Indonesia, UNIDO (2000) dalam studinya
mengelompokkan masalah yang dihadapi industry manufaktur nasional ke dalam 2
kategori, yaitu kelemahan yang bersifat structural dan yang bersifat
organisasi.
I. Kelemahan-kelemahan structural di antaranya:
I. Kelemahan-kelemahan structural di antaranya:
1. Basis ekspor & pasar masih
sempitè walaupun Indonesia mempunyai banyak sumber daya alam & TK, tapi
produk & pasarnya masih terkonsentrasi:
a. terbatas
pada empat produk (kayu lapis, pakaian jadi, tekstil & alas kaki)
b. Pasar tekstil
& pakaian jadi terbatas pada beberapa negara: USA, Kanada, Turki &
Norwegia
c. USA, Jepang
& Singapura mengimpor 50% dari total ekspor tekstil & pakaian jadi dari
Indonesia
d. Produk penyumbang
80% dari ekspor manufaktur indonesia masih mudah terpengaruh oleh perubahan
permintaan produk di pasar terbatas
e. Banyak produk
manufaktur terpilih padat karya mengalami penurunan harga muncul pesaing baru
seperti cina & vietman
f. Produk
manufaktur tradisional menurun daya saingnya sbg akibat factor internal seperti
tuntutan kenaikan upah
2. Ketergantungan impor sangat
tinggi
1990, Indonesia menarik banyak PMA untuk industri
berteknologi tinggi seperti kimia, elektronik, otomotif, dsb, tapi masih proses
penggabungan, pengepakan dan assembling dengan hasil:
a) Nilai impor bahan
baku, komponen & input perantara masih tinggi diatas 45%
b) Industri padat
karya seperti tekstil, pakaian jadi & kulit bergantung kepada impor bahan
baku, komponen & input perantara masih tinggi.
c) PMA sector
manufaktur masih bergantung kepada suplai bahan baku & komponen dari LN
d) Peralihan teknologi
(teknikal, manajemen, pemasaran, pengembangan organisasi dan keterkaitan
eksternal) dari PMA masih terbatas
e) Pengembangan
produk dengan merek sendiri dan pembangunan jaringan pemasaran masih terbatas
3. Tidak ada industri
berteknologi menengah
a) Kontribusi
industri berteknologi menengah (logam, karet, plastik, semen) terhadap
pembangunan sektor industri manufaktur menurun tahun 1985 -1997.
b) Kontribusi produk
padat modal (material dari plastik, karet, pupuk, kertas, besi & baja) thd
ekspor menurun 1985 – 997
c) Produksi produk dg
teknologi rendah berkembang pesat.
4. Konsentrasi regional
Industri menengah & besar terkonsentrasi di Jawa.
II. Kelemahan organisasi
1. Industry skala
kecil dan menengah (IKM) masih underdeveloped
2. Konsentrasi pasar
3. Lemahnya kapasitas
untuk menyerap dan mengembangkan teknologi
4. Lemahnya SDM
4. Strategi Pembangunan Sektor Industri
1. Strategi
Subtitusi Impor (inward-looking)
§ Lebih
menekankan pada pengembangan industry yang berorientasi pada pasar domestic
§ Strategi
subtitusi impor adalah industry domestic yang membuat barang menggantikan impor
§ Dilandasi
oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan
mengembangkan industry dalam negeri yang memproduksi barang pengganti impor.
Pertimbangan yang lazim digunakan dalam memilih strategi ini adalah:
a. SDA
dan factor produksi lain (terutama tenaga kerja) cukup tersedia
b. Potensi
permintaan dalam negeri memadai
c. Pendorong
perkembangan sector industry manufaktur dalam negeri
d. Dengan
perkembangan industry dalam negeri, kesempatan kerja lebih luas
e. Dapat
mengurangi ketergantungan impor
2. Penerapan
strategi subtitusi impor dan hasilnya di Indonesia
§ Industry
manufaktur nasional tidak berkembang baik selama orde baru
§ Ekspor
manufaktur Indonesia belum berkembang dengan baik
§ Kebijakan
proteksi yang berlebihan selama orde baru menimbulkan high cost economy
§ Teknologi
yang digunakan oleh industry dalam negeri, sangat diproteksi
3. Strategi
Promosi Ekspor (outward-looking)
§ Lebih
berorientasi ke pasar internasional dalam pengembangan usaha dalam negeri
§ Tidak
ada diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas
kemudahan lainnya dari pemerintah
§ Dilandasi
pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika produk
yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor
§ Strategi
promosi ekspor mempromosikan fleksibilitas dalam pergeseran sumber daya ekonomi
yang ada mengikuti perubahan pola keunggulan komparatif
4. Kebijakan
industrialisasi
§ Dirombaknya
system devisa sehingga transaksi luar negeri lebih bebas dan sederhana
§ Dikuranginya
fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan Negara dan kebijakan
pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sector swasta bersama-sama dengan BUMN
§ Diberlakukannya
Undang-undang PMA
5.
Data Statistik PDB Sektor Industri dengan Sektor Lain
Laju Pertumbuhan
PDB Triwulan I-2013 s.d. Triwulan II-2014 (persen)

Pada ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan
kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-2014 mencapai 2,47 persen
dibandingkan dengan triwulan I-2014 (q-to-q) dan apabila dibandingkan dengan
triwulan yang sama tahun 2013 mengalami pertumbuhan 5,12 persen (yon-y). Secara
akumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan semester I-2013 tumbuh sebesar
5,17 persen.
Tiga sektor yang mengalami pertumbuhan
tertinggi (q-to-q adalah sektor perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 4,17
persen, sektor konstruksi sebesar 4,16 persen, dan sektor industri pengolahan
sebesar 2,70 persen.
Maka, jika dilihat
pada data tersebut peran sektor industri tidak cukup tinggi namun tetap
memiliki pengaruh yang cukup jika dibandingkan sektor lainnya.
PENDAPAT SAYA
Pada dasarnya Industrialisasi merupakan suatu proses perubahan sistem
ekonomi yang lebih maju atau modern dibandingkan yang sebelumnya. Di Indonesia
sendiri sektor industry masuk dalam kategori 3 sektor yang mengalami
pertumbuhan tertinggi dalam Produk Domestik Bruto.
Hal ini cukup meyakinkan bahwa
sektor industry memiliki andil yang lumayan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia
meskipun bukan merupakan sektor utama. Maka disinilah pemerintah harus lebih
mengambil peran untuk mengembangkan serta mendukung secara penuh
Industialisasi.
Neraca
Pembayaran
1. Neraca Pembayaran
Neraca
pembayaran internasional (Balance of Payment) merupakan catatan yang
tersusun secara sistematis mengenai seluruh transaksi ekonomi internasional
yang dilakukan penduduk suatu negara itu dengan penduduk negara lain dalam
jangka waktu tertentu, biasanya 1 tahun. Pengertian penduduk di dalam suatu neraca
pembayaran internasional meliputi orang perorangan, badan hukum, dan
pemerintah.
Transaksi
ekonomi internasional yang dicatat dalam neraca pembayaran internasional dapat
digolongkan menjadi dua yaitu transaksi debit dan kredit. Transaksi debit
adalah transaksi yang menimbulkan kewajiban bagi penduduk suatu negara untuk
melakukan pembayaran kepada penduduk negara lain, sedangkan transaksi kredit
adalah transaksi yang menimbulkan hak bagi penduduk suatu negara untuk menerima
pembayaran dari penduduk negara lain.
Necara pembayaran memiliki dua sisi, yaitu
kredit dan debit.
Transaksi Debit
Transaksi Debit adalah transaksi yang
mengakibatkan bertambahnya kewajiban bagi penduduk negara yang mempunyai neraca
pembayaran tersebut untuk mengadakan pembayaran kepada penduduk negara lain.
Contoh: Indonesia membeli jasa dari Malaysia, maka transaksi tersebut
menimbulkan kewajiban untuk mengadakan pembayaran kepada Malaysia, sehingga
transaksi jasa tersebut merupakan transaksi debit yang dicatat dalam neraca
pembayaran dengan tanda minus (–).
Transaksi Kredit
Transaksi Kredit adalah transaksi yang
mengakibatkan timbul atau bertambahnya hak bagi penduduk negara yang mempunyai
neraca pembayaran tersebut untuk menerima pembayaran dari negara lain. Contoh:
Indonesia menjual jasa ke Malaysia, maka transaksi tersebut menimbulkan hak
untuk menerima pembayaran dari Malaysia, maka transaksi tersebut merupakan
transaksi kredit yang dicatat dalam neraca pembayaran dengan tanda positif (+).
2. Modal
Besarnya arus modal masuk ke Indonesia, sebagai
akibat pertumbuhan perekonomian yang tetap terjaga dalam beberapa tahun
terakhir, harus dapat dimanfaatkan untuk mendanai proyek-proyek jangka panjang.
Mengelola arus modal masuk (capital inflow) ke dalam kawasan merupakan sebuah
tantangan yang sulit, yang dihadapi negara-negara emerging market seperti
Indonesia karena dapat membawa berbagai risiko potensial terhadap stabilitas
keuangan.
Seperti yang telah diketahui, untuk menjaga
stabilitas moneter akibat derasnya arus modal masuk ke Indonesia dan besarnya
likuiditas saat ini, BI menerapkan beberapa kebijakan yang diapresiasi Bank
Dunia dan IMF sebagai langkah yang tepat.
Neraca modal yang menggambarkan arus keluar masuk
devisa yang bukan merupakan pembayaran atas barang atau jasa. Arus devisa yang
di catat di neraca modal ialah devisa dalam arti arus modal masuk, baik berupa
dana investasi maupun pinjaman atau utang luar negeri. Investasi dan pinjaman
dari luar negeri merupakan arus masuk. Sedangkan investasi kita ke luar negeri
dan pinjaman yang kita berikan kepada pihak luar negeri dicatat dalam arus
keluar. Sebagian besar pinjaman luar negeri yang diperoleh pemerintah berasal
dari sebuah konsorsium bernamaConsultative Group for Indonesia (CGI) yang
sebelumnya bernama Inter Group on
Indonesia (IGGI). Arus modal
asing bisa mendatangkan manfaat yang lebih besar ketimbang risikonya jika
dikelola dengan benar. Diperkirakan hingga akhir tahun ini arus modal asing
yang masuk ke Indonesia mencapai sekitar US$25 miliar. Manfaat tersebut antara
lain, penurunan biaya bunga APBN, sumber investasi swasta, pembiayaan Foreign
Direct Investment (FDI) dan kedalaman pasar modal. Sementara risikonya adalah
terjadinya pembalikan, tekanan penguatan rupiah dan gelembung ekonomi.
Pemerintah perlu lebih aktif lagi untuk mendorong perusahaan swasta untuk masuk
bursa lewat penawaran saham perdana (IPO) atau right issue. kemudian,
memperbanyak penerbitan obligasi negara dengan berbagai macam seri dan jangka
waktu.
3. Utang Luar Negeri
Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri,
adalah sebagian dari total utang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor
di luar negara tersebut. Dalam jangka pendek, utang luar negeri sangat membantu
pemerintah Indonesia dalam upaya menutup defisit anggaran pendapatan dan
belanja negara, akibat pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan
yang cukup besar.
Pinjaman luar negeri adalah semua pinjaman
yang menimbulkan kewajiban membayar kembali terhadap pihak luar negeri baik
dalam valuta asing maupun dalam Rupiah. Termasuk dalam pengertian pinjaman luar
negeri adalah pinjaman dalam negeri yang menimbulkan kewajiban membayar kembali
terhadap pihak luar negeri. Pinjaman luar negeri yang diterima Pemerintah,
dimaksudkan sebagai pelengkap pembiayaan pembangunan, disamping sumber
pembiayaan yang berasal dari dalam negeri berupa hasil perdagangan luar negeri,
penerimaan pajak dan tabungan baik tabungan masyarakat dan sektor swasta. Salah
satu masalah dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi yang dihadapi negara-negara
berkembang termasuk Indonesia adalah keterbatasan modal dalam negeri.
Indonesia sebagai negara yang sedang
membangun, ingin mencoba untuk dapat membangun bangsa dan negaranya sendiri
tanpa memperdulikan bantuan dari negara lain. Tentu ini pernah dicoba. Namun
ternyata Indonesia sulit untuk terus bertahan ditengah derasnya laju
globalisasi yang terus berkembang dengan cepat tanpa mau menghiraukan bangsa
yang lain yang masih membangun. Dalam kondisi seperti ini, Indonesia akhirnya
terpaksa mengikuti arus tersebut, mencoba untuk membuka diri dengan berhubungan
lebih akrab dengan bangsa lain demi menunjang pembangunan bangsanya terutama
dari sendi ekonomi nasionalnya.
Menurut Boediono (1999:22), pertumbuhan ekonomi merupakan tingkat pertambahan dari pendapatan nasional. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi merupakan sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dan merupakan ukuran keberhasilan pembangunan.
Menurut Boediono (1999:22), pertumbuhan ekonomi merupakan tingkat pertambahan dari pendapatan nasional. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi merupakan sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dan merupakan ukuran keberhasilan pembangunan.
Indonesia sebenarnya pernah memiliki suatu
kondisi perekonomian yang cukup menjanjikan pada awal dekade 1980-an sampai
pertengahan dekade 1990-an. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
Indonesia, pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 1986 sampai tahun 1989
terus mengalami peningkatan, yakni masing-masing 5,9% di tahun 1986, kemudian
6,9% di tahun 1988 dan menjadi 7,5% di tahun 1989. Namun pada tahun 1990 dan
1991 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatat angka yang sama yakni sebesar 7,0%,
kemudian tahun 1992, 1993, 1994, 1995, dan 1996, masing-masing tingkat
pertumbuhan ekonominya adalah sebesar 6,2%, 5,8%, 7,2%, 6,8%, dan 5,8%. Angka
inflasi yang stabil, jumlah pengangguran yang cukup rendah seiring dengan
kondusifnya iklim investasi yang ditandai dengan kesempatan kerja yae 1990-an.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia, pertumbuhan ekonomi
Indonesia sejak tahun 1986 sampai tahun 1989 terus mengalami peningkatan, yakni
masing-masing 5,9% di tahun 1986, kemudian 6,9% di tahun 1988 dan menjadi 7,5%
di tahun 1989. Namun pada tahun 1990 dan 1991 pertumbuhan ekonomi Indonesia
mencatat angka yang sama yakni sebesar 7,0%, kemudian tahun 1992, 1993, 1994,
1995, dan 1996, masing-masing tingkat pertumbuhan ekonominya adalah sebesar
6,2%, 5,8%, 7,2%, 6,8%, dan 5,8%. Angka inflasi yang stabil, jumlah
pengangguran yang cukup rendah seiring dengan kondusifnya iklim investasi yang
ditandai dengan kesempatan kerja yang terus meningkat, angka kemiskinan yang
cukup berhasil ditekan, dan sebagainya. Namun, pada satu titik tertentu,
perekonomian Indonesia akhirnya runtuh oleh terjangan krisis ekonomi yang
melanda secara global di seluruh dunia. Ini ditandai dengan tingginya angka
inflasi, nilai kurs Rupiah yang terus melemah, tingginya angka pengangguran
seiring dengan kecilnya kesempatan kerja, dan ditambah lagi dengan semakin
membesarnya jumlah utang luar negeri Indonesia akibat kurs Rupiah yang semakin
melemah karena utang luar negeri Indonesia semuanya dalam bentuk US Dollar.
Pendapat Saya
Seperti yang terdapat dalam materi diatas,
neraca pembayaran merupakan isi dari transaksi ekonomi Internasional penduduk
disuatu Negara yang pastinya berhubungan dengan arus modal dan utang luar
negeri suatu Negara.
Di Indonesia setidaknya sedang berusaha
membangun Negara sebagaimana Indonesia merupakan Negara berkembang yang
sepatutnya melakukan usaha – usaha pembangunan untuk memajukan Negara.
Indonesia berupaya setidaknya meminimalisir
pengeluaran yang berakibat hutang terhadap luar negeri. Meskipun pada
kenyataannya itu berjalan dengan progresif yang sangat lambat karna tidak
dipungkiri sampai sekarang kita masih merasakan dampak pada masa reformasi
dimana Indonesia memiliki banyak utang luar negeri.
Daftar Pustaka